DARI RAWA MENJADI KAWASAN ELITE
TEKNOLOGI penerbangan masuk ke
Indonesia setelah Perang Dunia Pertama berakhir. Belanda membangun
landasan pesawat terbang Cililitan. Di tanah yang masih berupa
lapangan rumput dan areal persawahan serta rawa, pada tahun 1934
berdiri Bandara Kemayoran untuk kepentiungan militer. Ketika Jepang
menduduki Indonesia tahun 1942, bandara ini diaspal, dan banyak
kemajuan. Sesudah JEpang menyerah, Belanda melakukan perbaikan.
Sesudah penyerahan kedaulatan pada
tahun 1949, Bandara Kemayoran di bawah pemerintah Republik Indonesia
untuk penerbangan sipil dan militer. Menjelang Orde Baru, Bandara
Halim Perdanakusuma menangani penerbangan militer. Penerbangan
komersial dipindahkan ke Cengkareng dari Kemayoran pada tahun 1985.
Setelah itu, bekas Bandara Kemayoran kemudian ditangani oleh Badan
Pengelola Kawasan Kemayoran (BPKK) dan Sekretariat Negara (Sekneg).
Kawasan Elite
BEKAS Bandara Kemayoran
selanjutnya menjadi pembicaraan luas, karena di tahun-tahun
selanjutnya, di tempat itu dibangun sebuah kota baru dalam kota yang
kemudian menjadi pusat bisnis internasional. Pelaksana
Pengendalian Pembangunan Kawasan Kemayoran (DP3KK) membangun
International Indonesia Trade Centre (IITC). IITC
tempat yang menyatukan kantror-kantor perwakilan perusahaan atau
asosiasi, perwakilan instansi pemerintah terkait, perwakilan usaha
angkutan, bank dan sebagainya.
Perlahan dan seiring dengan perjalanan
waktu, Kemayoran kini telah disulap menjadi kawasan elite. Untuk
arena promosi dan perdagangan, kini tersedia kawasan Pekan Raya
Jakarta Kemayoran (PRJK), menggantikan Pekan Raya Jakarta
atau Jakarta Fair (JF) yang dulu diadakan setiap tahun di
Gambir. Di sebelahnya terdapat Pasar Gambir, yang
merupakan duplikat pasar yang sama di dekat stasiun Kereta Api
Gambir (dulu).
Selain itu, gedung-gedung pencakar
langit, apartemen, rumah susun dan juga bangunan mewah lainnya
bertebaran di hampir seluruh kawasan Kemayoran. Tempat penjualan
mobil bekas maupun spare-parts dan bengkel juga terdapat di sini;
serta kawasan pusat niaga terpadu Kemayoran.
Kemayoran masa depan kini benar-benar
hebat. Namun bagaimana dengan nasib Kemayoran bekas Kampung Betawi
di sebelah selatan yang meliputi wilayah Kecamatan Kemayoran dan
sekitarnya yang masih terdapat kawasan padat dan kumuh dengan
fasilitas seadanya ?
Meski sekarang Kemayoran sudah
kehilangan ciri etnisnya, kita harapkan historisnya tetap menyimpan
dokumentasinya untuk generasi yang akan datang! Jangan sampai berlaku
pepatah yang mengatakan :"Jangan semut mati karena gula!".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar