kontak :

Foto saya
Mengamati kebudayaan peninggalan Jakarta tempo dulu untuk pelestarian yang berkesinambungan

Senin, September 21, 2015

DARI RAWA MENJADI KAWASAN ELITE



TEKNOLOGI penerbangan masuk ke Indonesia setelah Perang Dunia Pertama berakhir. Belanda membangun landasan pesawat terbang Cililitan. Di tanah yang masih berupa lapangan rumput dan areal persawahan serta rawa, pada tahun 1934 berdiri Bandara Kemayoran untuk kepentiungan militer. Ketika Jepang menduduki Indonesia tahun 1942, bandara ini diaspal, dan banyak kemajuan. Sesudah JEpang menyerah, Belanda melakukan perbaikan.
Sesudah penyerahan kedaulatan pada tahun 1949, Bandara Kemayoran di bawah pemerintah Republik Indonesia untuk penerbangan sipil dan militer. Menjelang Orde Baru, Bandara Halim Perdanakusuma menangani penerbangan militer. Penerbangan komersial dipindahkan ke Cengkareng dari Kemayoran pada tahun 1985. Setelah itu, bekas Bandara Kemayoran kemudian ditangani oleh Badan Pengelola Kawasan Kemayoran (BPKK) dan Sekretariat Negara (Sekneg).




Kawasan Elite
BEKAS Bandara Kemayoran selanjutnya menjadi pembicaraan luas, karena di tahun-tahun selanjutnya, di tempat itu dibangun sebuah kota baru dalam kota yang kemudian menjadi pusat bisnis internasional. Pelaksana Pengendalian Pembangunan Kawasan Kemayoran (DP3KK) membangun International Indonesia Trade Centre (IITC). IITC tempat yang menyatukan kantror-kantor perwakilan perusahaan atau asosiasi, perwakilan instansi pemerintah terkait, perwakilan usaha angkutan, bank dan sebagainya.
Perlahan dan seiring dengan perjalanan waktu, Kemayoran kini telah disulap menjadi kawasan elite. Untuk arena promosi dan perdagangan, kini tersedia kawasan Pekan Raya Jakarta Kemayoran (PRJK), menggantikan Pekan Raya Jakarta atau Jakarta Fair (JF) yang dulu diadakan setiap tahun di Gambir. Di sebelahnya terdapat Pasar Gambir, yang merupakan duplikat pasar yang sama di dekat stasiun Kereta Api Gambir (dulu).
Selain itu, gedung-gedung pencakar langit, apartemen, rumah susun dan juga bangunan mewah lainnya bertebaran di hampir seluruh kawasan Kemayoran. Tempat penjualan mobil bekas maupun spare-parts dan bengkel juga terdapat di sini; serta kawasan pusat niaga terpadu Kemayoran.
Kemayoran masa depan kini benar-benar hebat. Namun bagaimana dengan nasib Kemayoran bekas Kampung Betawi di sebelah selatan yang meliputi wilayah Kecamatan Kemayoran dan sekitarnya yang masih terdapat kawasan padat dan kumuh dengan fasilitas seadanya ?
Meski sekarang Kemayoran sudah kehilangan ciri etnisnya, kita harapkan historisnya tetap menyimpan dokumentasinya untuk generasi yang akan datang! Jangan sampai berlaku pepatah yang mengatakan :"Jangan semut mati karena gula!".





Tidak ada komentar:

Posting Komentar