Maraknya gebyar ojek sepeda motor
berbasis aplikasi, kian menambah terpuruknya ojek sepeda khususnya di
wilayah Jakarta Kota. Namun menariknya, moda transportasi ini sempat
menjadi primadona pada masanya. Di balik kegiatannya, terbesit
semangat pejuangan menaklukan kerasnya kehidupan kota Jakarta. Hanya
berbekal kemauan tinggi denga pendidikan yang serba pas-pasan, mereka
memang bukan tempatnya untuk bersaing di kota yang katanya sedang
berubah menjadi smart city.
Entah bagaimana mulanya, tahu-tahu
ojek sepeda berada di Jakarta, kebanyakan di wilayah Jakarta Barat.
Sepeda-sepeda batangan dengan boncengan di belakang yang dilengkapi
dengan jok busa. Pengendaranya ada yang berasal dari Jawa Tengah dan
kawasan Tangerang. "Ojek, Pak......Ojek sepeda......",
begitu mereka menawarkan jasa kepada warga yang melintas di depannya.
Sebelum ojek motor membanjiri wilayah
Jakarta, ojek sepeda cukup lumayan banyak. Hampir di setiap
persimpangan lampu lalu-lintas akan kita dapati mereka mangkal dengan
posisi satu kake nyantel di atas batangan. Kadangkala ada juga yang
mangkal di mulut perumahan, menawarkan jasa angkutan yang bebas
polusi ini. "Mangga Dua.......Beos......". Begitu mereka
menawarkan penumpang yang melintas di kawasan Pancoran-Glodok.